wakafalazhar – Harta wakaf dapat dipergunakan untuk mengatasi berbagai permasalahan sosial demi kemaslahatan umat secara berkelanjutan tanpa menghilangkan harta asal: mulai dari pendidikan, kesehatan, ekonomi mikro, sarana transportasi, tempat ibadah, sarana kegiatan dakwah dan sebagainya. Dengan wakaf nilai kekayaan kekal, manfaat dan kebaikannya akan terus bertambah.
Muslim yang berwakaf bukan saja mendapatkan pahala saat memberikan wakaf, tetapi akan terus mendapat kucuran pahala selama benda yang diwakafkannya dimanfaatkan orang lain meskipun pewakaf tersebut sudah meninggal dunia.
Salah satunya menurut Undang-undang Nomor 41 Tahun 2004, wakaf adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh orang yang berwakaf (wakif) untuk memisahkan maupun menyerahkan sebagian harta benda miliknya agar digunakan sebagai keperluan ibadah maupun kesejahteraan umum secara permanen atau dalam jangka waktu tertentu.
Rukun Wakaf
Imam Nawawi dalam kitab Raudhatut-Thalibin menguraikan empat rukun wakaf yang harus dipenuhi. Beliau juga memaparkan sejumlah syarat-syarat khusus untuk orang yang berwakaf, harta yang diwakafkan, penerima manfaat wakaf, dan lafaz ikrar wakaf.
Berikut ini penjelasan mengenai rukun wakaf:
- Al-waqif (Orang yang Mewakafkan): orang yang melakukan wakaf dengan niat ibadah dan kemanfaatan sosial.
- Al-mauquf (Harta yang Diwakafkan): harta yang diperuntukkan untuk wakaf.
- Al-mauquf ‘alaih (Pihak yang Dituju): pihak yang menjadi tujuan untuk menerima manfaat dari wakaf tersebut.
- Shighah (Lafaz Ikrar Wakaf): ikrar wakaf yang sah dari orang yang mewakafkan
Sementara, dalam UU Nomor. 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf, ada enam syarat wakaf yang harus dipenuhi agar wakaf bisa dilaksanakan, diantaranya:
- Orang yang mewakafkan harta (Wakif)
- Orang yang akan bertanggung jawab mengelola harta wakaf tersebut (Nazhir)
- Harta Benda Wakaf atau harta yang diwakafkan
- Ikrar wakaf
- Peruntukan harta benda wakaf
- Jangka waktu wakaf
Syarat-Syarat Wakaf
- Syarat orang yang berwakaf (al-waqif)
Syarat-syarat al-waqif ada empat, pertama orang yang berwakaf ini mestilah memiliki secara penuh harta itu, artinya dia merdeka untuk mewakafkan harta itu kepada sesiapa yang ia kehendaki. Kedua dia mestilah orang yang berakal, tak sah wakaf orang bodoh, orang gila, atau orang yang sedang mabuk. Ketiga dia mestilah baligh. Dan keempat dia mestilah orang yang mampu bertindak secara hukum (rasyid). Implikasinya orang bodoh, orang yang sedang muflis dan orang lemah ingatan tidak sah mewakafkan hartanya.
- Syarat harta yang diwakafkan (al-mauquf)
Harta yang diwakafkan itu tidak sah dipindahmilikkan, kecuali apabila ia memenuhi beberapa persyaratan yang ditentukan oleh ah; pertama barang yang diwakafkan itu mestilah barang yang berharga Kedua, harta yang diwakafkan itu mestilah diketahui kadarnya. Jadi apabila harta itu tidak diketahui jumlahnya (majhul), maka pengalihan milik pada ketika itu tidak sah. Ketiga, harta yang diwakafkan itu pasti dimiliki oleh orang yang berwakaf (wakif). Keempat, harta itu mestilah berdiri sendiri, tidak melekat kepada harta lain (mufarrazan) atau disebut juga dengan istilah (ghaira shai’).
- Syarat-syarat orang yang menerima manfaat wakaf (al-mauquf alaih)
Dari segi klasifikasinya orang yang menerima wakaf ini ada dua macam, pertama tertentu (mu’ayyan) dan tidak tertentu (ghaira mu’ayyan). Yang dimasudkan dengan tertentu ialah, jelas orang yang menerima wakaf itu, apakah seorang, dua orang atau satu kumpulan yang semuanya tertentu dan tidak boleh dirubah. Sedangkan yang tidak tentu maksudnya tempat berwakaf itu tidak ditentukan secara terperinci, umpamanya seseorang sesorang untuk orang fakir, miskin, tempat ibadah, dll. Persyaratan bagi orang yang menerima wakaf tertentu ini (al-mawquf mu’ayyan) bahwa ia mestilah orang yang boleh untuk memiliki harta (ahlan li al-tamlik), Maka orang muslim, merdeka dan kafir zimmi yang memenuhi syarat ini boleh memiliki harta wakaf. Adapun orang bodoh, hamba sahaya, dan orang gila tidak sah menerima wakaf. Syarat-syarat yang berkaitan dengan ghaira mu’ayyan; pertama ialah bahwa yang akan menerima wakaf itu mestilah dapat menjadikan wakaf itu untuk kebaikan yang dengannya dapat mendekatkan diri kepada Allah. Dan wakaf ini hanya ditujukan untuk kepentingan Islam saja.
- Syarat Shigah Berkaitan dengan isi ucapan (sighah)
Pertama, ucapan itu mestilah mengandungi kata-kata yang menunjukkan kekalnya (ta’bid). Tidak sah wakaf kalau ucapan dengan batas waktu tertentu. Kedua, ucapan itu dapat direalisasikan segera (tanjiz), tanpa disangkutkan atau digantungkan kepada syarat tertentu. Ketiga, ucapan itu bersifat pasti. Keempat, ucapan itu tidak diikuti oleh syarat yang membatalkan. Apabila semua persyaratan diatas dapat terpenuhi maka penguasaan atas tanah wakaf bagi penerima wakaf adalah sah. Pewakaf tidak dapat lagi menarik balik pemilikan harta itu telah berpindah kepada Allah dan penguasaan harta tersebut adalah orang yang menerima wakaf secara umum ia dianggap pemiliknya tapi bersifat ghaira tammah.
Untuk berwakaf, saat ini kita mendapat banyak kemudahan dengan digital, kamu bisa langsung wakaf melalui Wakaf Al Azhar mulai dari 1 Rupiah, KLIK DI SINI.